Tuesday, September 25, 2012

Bukan tentang secangkir kopi

Ini bukan tentang secangkir kopi dan kenangan. Tentang itu sudah berlalu. Berlalu dari pikiran lebih tepatnya, bukan dari hati. Senja ini, seperti senja-senja yang selalu saya lihat dari balik jendela kamar. Selalu jingga, namun senja kali ini agak berbeda. Ada warna kelabu di sana. Beberapa saat yang lalu mendadak hati saya turut merasa kelabu. Kelabu sedikit biru. Lalu saya tahu, nama perasaan ini adalah rindu. Rindu kamu. Sabtu yang lalu, seharian kita bersama, dan bagi saya itu adalah hadiah terbaik dari Tuhan untuk hati saya.

Apa yang kau rasakan, jika kau tahu bahwa engkau adalah hadiah terindah bagi hati orang lain. Mungkin dalam keseharian, kita tidak pernah menyadari, bahwa kehadiran kita adalah hadiah bagi orang lain. Kita hanya membiarkannya berlalu, lalu lebih memusatkan diri pada perasaan-perasaan tidak mengenakkan hari itu yang kita rasakan. Kita mengijinkan orang-orang yang menguras energi kita menguasai hati dan pikiran sampai menjelang tidur. Mengabaikan mereka yang menjadikan kita pusat dari semestanya. Melupakan mereka yang menganggap kita adalah kado yang istimewa.

Sepertinya kamu memang tidak tahu bahwa kamu adalah hadiah bagi hati saya, Sabtu itu. Kamu tidak perlu tahu, begitu juga saya tidak perlu tahu apakah kamu merasakan saya sebagai hadiah bagi hatimu. Saya lebih suka menikmati perasaan ini, daripada harus membaginya denganmu. Biar ini menjadi rahasia hati kita, karena rasa tidak harus selalu diungkapkan, cukuplah dinikmati.

Rasa nyaman saya Sabtu kemarin adalah kamu, dan saya tidak ingin mengingkarinya. Tidak seperti kata-kata pengingkaran yang biasa saya ucapkan kepada mereka yang menanyakan hubungan kita. "Hanya teman", begitu biasa saya bilang. Padahal hati saya bersemu-semu merah jambu. Lalu Sabtu yang lalu, saya berada di sana berlagak  tak peduli, sesungguhnya saya sedang membiarkanmu mengisi hati saya. Dan ketika semua berlalu, baru saya nikmati rasa penuh itu, sendiri. Mungkin Sabtu itu, di luar sedang senja jingga, kelabu, kebiruan.

Di jingga senja ini, saya melihat biru dan semakin lama semakin ungu. Ungu yang tipis, seperti disapukan oleh kuas yang terlalu banyak air. Mungkin ini warna untuk rasa yang terkubur lama. Namun biarkan saja, karena ungu itu warna yang saya suka. Seperti saya menyukai warna ungu, saya menyukai rasa ini. Saya menyukai bagaimana kamu mewarnai hati saya, hari Sabtu itu.






0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home