Saturday, October 06, 2012

Bizzare love triangle

Percayalah suatu saat saya akan kembali. Semua ini hanya sementara. Sementara menikmati yang tidak dapat kau berikan, di saat saya sedang membutuhkan. Sementara mencari jalan yang lain, daripada harus menghadapi pertengkaran lagi. Saya rasa kita tidak perlu saling menyakiti lagi dengan kata-kata. Itu hanya akan semakin menambah kebencian di antara kita. Begini saja lebih baik. Sepanjang kau tidak tahu apa yang sedang terjadi antara saya dengan dia. Percayalah hati saya hanya untuk kamu.

Kalau tiba-tiba satu persatu penyakit tumbuh di badan saya. Saya anggap itu hukuman, karena telah berkhianat. Mungkin ini balasan dari malaikat yang menjagamu, karena tahu cintamu terlalu banyak untuk saya dan anak-anak. Tapi untuk segera mengakhiri apa yang saya mulai dengan sembunyi-sembunyi penuh gairah, sungguh saya belum mampu. Toh nantinya saya akan kehilangan semuanya juga, jika kamu akhirnya tahu. Lalu saya dapat apa? Hanya penderitaan karena penyakit ini dan penolakan yang hanya akan membuat saya cepat mati. Dan saat membayangkan akan menerima itu, saya tidak rela.

Saya pikir, anak-anak cukup dewasa memahami semua yang saya lakukan. Mungkin mereka akan sebentar membenci saya. Namun mereka tidak akan sanggup menolak saya sebagai ibu yang melahirkan mereka. Mereka juga pasti akan iba, karena mereka tidak lama bersama saya di dunia. Sudah saya pelajari secara statistik, kesembuhan akan penyakit ini hanya sedikit. Jikalau pun kita bertahan, dengan susah payah kita harus bertahan hidup. Seperti kamu tahu saya dengan baik, saya tidak suka hidup menderita. Kamu tentu masih ingat, saya pernah bilang demikian, sebelum kita akhirnya menikah.  

Beberapa kali saya sudah hendak menyerah, kalau tidak ingat akan wajah anak-anak, dan semua harapan mereka akan saya. Tunggu, jangan berpikir bahwa laki-laki itu juga menjadi alasan saya untuk bertahan. Sudah saya bilang, cinta saya untukmu lebih banyak. Hanya dengan kamu saya jatuh cinta, seperti yang digambarkan di kartun-kartun. Yang berbunga-bunga, dengan hati merah jambu yang terpanah asmara. Itu dulu rasa saya tentangmu, hanya untukmu. Laki-laki itu tidak pernah membuat saya merasa demikian, meskipun mungkin dia merasa bisa membuat saya merasa berbunga-bunga. Dia hanya teman di saat sepi, saat kamu harus sibuk bekerja untuk membuktikan bahwa kamu adalah orangtua dan suami yang bertanggungjawab pada keluarga. Mungkin salah saya mengatakan padamu bahwa saya tidak ingin hidup menderita dalam kemiskinan. Mungkin itu yang akhirnya membuatmu bekerja berlebihan, agar saya dan anak-anak tidak menderita.

Saya sadar saya terlalu serakah, terlalu impulsif, terlalu takut akan tidak dapat lagi menikmati semua yang ada di dunia ini setelah mengetahui ada sesuatu yang menggerogoti saya dari dalam. Keyakinan itu berasal dari cerita sejarah keluarga, bahwa tidak ada yang bisa bertahan di atas usia 60. Dan saya percaya, saya pun demikian. Ibu saya meninggal karena penyakit gula di saat saya masih membutuhkannya, untuk curhat tentang pacar-pacar saya. Tante saya meninggal karena kanker rahim. Demikian pula yang lainnya yang terlalu panjang untuk saya ceritakan.

Tapi jangan khawatir, saya tetap berusaha untuk bisa hidup lebih lama. Saya juga sedang berusaha mencari jalan untuk berhenti berhubungan dengan laki-laki itu. Makin lama dirasa, saya pikir dia memang hanya butuh badan saya. Mungkin sudah sejak awal demikian, saya saja yang bodoh berpikir bahwa dimatanya saya terlihat cantik. Krisis wanita di usia pertengahan demikian ilmu psikologi menerangkannya. Sampai akhirnya saya menyadari, betapa saya hipokrit, lemah dan kekanak-kanakkan. Bukannya saya menerima bahwa siapapun perempuan di dunia akan redup seperti bolam lampu oleh usia. Sebaliknya saya berusaha tinggal di raga masa lalu, dan berusaha meyakinkan keyakinan semu itu dengan mencari pendapat dari laki-laki yang otaknya ada, dua di kepala dan penis. Tentu saja dia bilang saya cantik dan menarik, karena dengan saya maka ia tak perlu membayar untuk kenikmatan sesaat plus bebas dari penyakit yang bisa diperolehnya dari perempuan di kafe. Saya memang memilih untuk bodoh saat itu, memilih membuat keputusan dengan nafsu dan bukan dengan hati. Hanya untuk menjauhkan diri dari rasa sendiri, rasa tidak diinginkan.

Saat ini saya sedang berada di tengah-tengah lapangan, ada kamu dan laki-laki itu. Dan saya yang sebentar lagi mati karena dimakan penyakit. Laki-laki itu entah apa yang dipikirkannya, saya tak peduli. Kamu, membuat saya merasa ingin cepat mati, dengan tatapan khawatirmu. Seakan saya ini boneka kaca yang mudah pecah. Andai saja minuman soda ini racun tikus, sudah saya minum habis dari tadi. Entah kenapa tiba-tiba saya lupa wajah anak-anak. Seperti apa mereka? Sedang apa mereka?

bizzare love triangle

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home